Ini adalah kisah tentang orang yang terjebak dalam system
dunia yang munkin bagi banyak orang sangat sulit namun harus di jalani. Itu
karna kita sudah berada dalam putaran dimana kita tidak dapat keluar dari
putaran itu.
Dunia tidak seindah yang kita bayangkan, mungkin itulah
kalimat yang kurasakan sekarang. Apa lagi saat kita melihat orang lain
meninggalkan kita. Saat itulah kita merasa seperti tidak memiliki arti apapun.
Semua yang kita miliki seakan tidak ada gunanya. Namun apakah kita harus
menyerah?
Jawabannya “tidak!!!”.
Banyak orang yang berkata seperti itu namun tidak banyak
yang melakukanya. Begitu mudah mengeluarkan kata untuk memberikan motivasi pada
orang lain tapi memotivasi diri sendiri 100 kali jauh lebih sulit.
Dan mungkin itulah
yang telah terjadi pada 2 orang ini. Saya dan Julian.
Saya dan julian adalahalumni dari jurusan akuntansi. Kita
semua tau akuntansi . jurusan bergengsi yang mungkin akan mudah mendapatkan
pekerjaan. Itu karna setiap perusahaan pasti membutuhkan seorang akuntan,
auditor dan apalah.
Lalu “kenapa ?”
Disinilah masalahnya. Saya dari dulu tidak niat dengan
kuliah ini. Sewaktu lulus SMA saya ingin menjadi seorang programmer karna saya
sangat tertarik dengan computer. Apalagi website. Saya sangat suka membuat
website. Namun mau bagaimana lagi. Saya tidak lulus ujian masuk perguruan
tinggi untuk jurusan IT. Terpaksa saya
masuk jurusan akuntansi. Karna hanya itu
yang saya lulus
Bagaimana dengan Julian?
Dia lebih parah lagi. Dia jurusan akuntansi tapi sebenarnya
dia seorang pelukis. Bakat dari lahir untuk membuat sebuah lukisan yang indah
dan memiliki seni. Namun harus berkecimpung di laporan keuangan. Tambah lagi dengan orang tuanya yang tidak
mendukung dia untuk jadi seorang pelukis.
“KAMU MAU MAKAN APA???”, kata orang tuanya.
Begitulah pandangan orang-orang dulu. Dan mungkin ada
diantara kalian yang mengalami hal ini.
Kami berdua memiliki kesamaan, yaitu “SALAH MASUK JURUSAN”.
Sungguh menyedihkan. Akibat tidak minat pada pelajaran akhirnya kami mengalami
kesulitan. Berbeda dengan Julian yang tetap mempelajari akuntansi dengan baik,
saya tidak peduli dengan pelajaran itu. Saya lebih senang membuat website dan
memperlajari kode PHP lewat google.
Memangnya bias belajar hanya lewat internet?
Tentu. Apalagi kalau kita memang niat untuk belajar. Tapi
lebih bagus lagi jika dijurusan dan yang sesuai dengan niat kita. Pasti
hasilnya lebih maksimal.
Hingga pada saat kami harus membuat skripsi. Inilah yang
paling kami takutkan. Setiap mahasiswa pasti sudah memikirkan penelitian apa
yang akan mereka lakukan. Tapi saya dan Julian tidak.
Julian tidak mungkin membuat Lukisan Untuk skripsinya. Apa
hubungannya antara lukisan dan laporan keuangan. Tidak ada laporan keuangan
yang diberi bungan dan awan biar lebih cantik. Tidak nyambung lah!.
Sedangkan saya mesih beruntung walau Cuma sedikit. Saya
ingin membuat website untuk skripsiku.
Kalian pasti tau jika website banyak gunanya. Dan saya
berpikir untuk membuat website untuk menyusun laporan keuangan. Setidaknya itu lebih
baik dari pada tidak lulus. Dan benar saja. Ide saya diterima oleh dosen.
“Penyusunan laporan keuangan berbasis website”.
Itulah judul kami. Dan ternyata tidak rugi kita memiliki
skill meskipun itu bukan jurusan kita. Akhirnya saya mulai membuat ratusan
baris kode, dan mulai mendesai sebuah website yang bagus dan bisa mengolah data
untuk menghasilkan laporan keuangan.
Tapi ada masalah. Tampilannya jelek.
Tentu jelek. Saya tidak punya jiwa seni. Karna itu saya
mengajak Julian untuk bekerja sama. Akhirnya Julian lah yang membuat desain
untuk website. Dia memiliki jiwa seni yang kita dan dia bisa membuat perpaduan
warna. Untuk seorang yang biasa melukis hal ini sangat mudah.
Ternyata bakat melukis Julian bisa digunakan dalam
akuntansi. Walaupun berbeda jauh selama kita pasti bisa mengambil manfaat dari
suatu kesempitan. Dan akhrinya website kami berhasil.
Dengan tampilan yang elegan hasil dari desain Julian
ditambah kemampuan saya membuat website dan ditambah kemampuan akuntansi yang
pas-pasan kami bisa memberikan sebuah manfaat untuk orang lain. Itu pun jika
ada yang pake itu website.
Kami berdua akhirnya bisa lulus dengan nilai yang tidak
hebat-hebat amat. Malahan ancur. Disinilah masalahnya.
Setiap orang yang lulus kuliah kemungkinan besar akan mencari
kerja dan memasukan lamaran di perusahaan manapun. Dan benar saja. Lamaran kami
tidak di terima. Berbagai perusahaan menolak.
1 bulan, 2 bulan, 3 bulan!!
Tidak ada yang menerima. Dan ditambah lagi kami melihat
teman-teman kami yang lain sudah mulai bekerja. Saya tidak tau. Harusnya kira
senang saat melihat teman berhasil. Namun yang saya rasakan bukannya senang
melainkan rasa sedih.
Karna IRI?, Mungkin.
Terus bagaimana kami tau jika teman kami telah mendapatkan
pekerjaan?
Saya tinggal hanya berdua dengan adik saya. Orang tua saya
berada di kampung. Dan akhirnya rumah saya menjadi tempat berkumpul. Beberapa
orang teman sering datang. Kami semua menjadikan rumah ini sebagai homebase.
Dan sebagian besar dari mereka mengawali karir mereka dari rumah ini.
Rumah ini selalu rame. Bahkan para tetangga sering protes
akibat keributan yang kami buat.
Tapi akhirnya rumah ini menjadi sepi. Itu karna mereka mulai
dengan kesibukan mereka masing – masing. Dan akhirnya tinggal saya dan Julian
yang disini. Mungkin sudah jadi takdir. Atau ini memang karna kami melamar
sebagai akuntan yang jelas bukan minat kami.
Selama masa itu Julian hanya melukis. Penghasilannya tidak
seberapa. Bahkan untuk uang jajan. Itu pun jarang ada yang ingin dilukis. dia
ingin sekali membuat pameran atas lukisannya. Jadi dia terus melukis. Atau
mungkin juga untuk menghabiskan waktu. bahkan dia juga melukis Melody JKT48.
Walaupun melody tidak pernah melihat hasil lukisannya. Asal kalian tau. Dia itu
fans JKT48. Sebenarnya saya juga.
Sedangkan saya. Yang saya lakukan
hanya membat website. Saya mencoba membuat berbagai website mulai dari social
network, promosi mobil, dan lain-lain. Namun semuanya gagal. Pengunjungnya
sedikit. Bahkan mungkin tidak ada.
Yang saya pikirkan hanyalah ingin
membuat sebuah website yang dikunjungi banyak orang. Dan Julian ingin
lukisannya bisa dinikmati banyak orang. Dan saya melihat itu sebagai kesamaan.
Hingga muncullah sebuah ide.
“Bagaimana jika saya membuat
website yang menampilkan hasil lukisan Julian?”, itulah idenya.
dan saya mulai membuat code-code
untuk membuat website yang menampilkan hasil lukisannya. Lukisan Julian memang
tidak sehebat pelukis professional dan saya juga bukan seorang pembuat website
yang hebat. Namun setidaknya itulah yang bisa kami lakukan saat ini.
Dengan desain Julian dan semua
hasil lukisan Julian akhirnya website itu selesai. Namun pengunjungnya terlalu
sedikit.
jadi apakah itu ada gunanya?
Apakah itu membuat kami medapat
pekerjaan?
Apakah pekerjaan kami sia-sia?
Yang kami buat hanya membuat
sebuah karya dari hasil pemikiran kami.
Hingga setelah beberapa bulan
sejak website itu mulai aktif. Kami tak menyangka jika website itu telah di
penuhi dengan pengunjung. Dan bahkan beberapa orang ingin meminta untuk
dilukiskan. Akhirnya impian Julian untuk membuat pameran lukisan bisa terwujud
meskipun hanya lewat online.
Akhirnya kami memutuskan untuk
membuat system pemesanan secara online sehingga orang –orang yang ingin dilukis
hanya perlu memesan lewat online. Itu memudahkan Julian untuk mengatur
orang-orang yang dia lukis.
Dan tak disanggka jumlah pesanan
yang dia terima sangat banyak. Selama dia harus melukis banyak orang dia juga
harus mengatur pesanan yang sudah masuk. Akibatnya banyak orang yang menjadi
kecewa.
Membuat orang kecewa sangatlah
fatal. Karna saat orang kecewa akan sangat sulit untuk membuat mereka kembali
percaya kepada kita. Dan itu menjadi pelajaran yang sangat baik untuk
kami. Jadi kami merubah lagi strategi.
Kami memberikan kesempatan kepada
para pelukis untuk bisa memberikan kontribusi sekaligus menyalurkan hobi mereka
dan memberikan mereka penghasilan. Caranya adalah dengan memberikan mereka
kesempatan untuk register di website tersebut sebagai pelukis. Ini membuat
orang yang dilukis dapat memilih pelukis. Ini tidak beda jauh dengan system
IDOL group milik JKT48.
Dan pada saat itu juga jumlah
banyak para pelukis yang berminat. Itu dikarnakan kebanyakan para pelukis tidak
diberikan kesempatan oleh lingkungan untuk mengembangkan bakat atau minat
mereka. Orang yang ingin di lukis pun ikut bertambah dan kami tidak kesusahan.
Dengan besar dan banyaknya
orang-orang yang telah bergabung dengan kami, itu membuat keuangan kami kacau.
Itu dikarnakan mulai besarnya uang yang harus kami urus. Tapi dengan kemampuan
akuntansi yang telah kami pelajari selama masa kuliah akhirnya saya membuat
system pembayaran dan pelaporan berbasis online.
Ingatlah bahwa apapun background
kalian dan apapun minat kalian janganlah putus asa. Karna meskipun berbeda
semuanya pasti akan bisa dihubungkan. Semua itu tergantung pada bagaimana
kreatifitas kalian dalam memanfaatkan apa yang ada.