Kamis, 24 April 2014

Tidak Ada yang Sia-Sia




Ini adalah kisah tentang orang yang terjebak dalam system dunia yang munkin bagi banyak orang sangat sulit namun harus di jalani. Itu karna kita sudah berada dalam putaran dimana kita tidak dapat keluar dari putaran itu. 

Dunia tidak seindah yang kita bayangkan, mungkin itulah kalimat yang kurasakan sekarang. Apa lagi saat kita melihat orang lain meninggalkan kita. Saat itulah kita merasa seperti tidak memiliki arti apapun. Semua yang kita miliki seakan tidak ada gunanya. Namun apakah kita harus menyerah?

Jawabannya “tidak!!!”.

Banyak orang yang berkata seperti itu namun tidak banyak yang melakukanya. Begitu mudah mengeluarkan kata untuk memberikan motivasi pada orang lain tapi memotivasi diri sendiri 100 kali jauh lebih sulit.
 Dan mungkin itulah yang telah terjadi pada 2 orang ini. Saya dan Julian.

Saya dan julian adalahalumni dari jurusan akuntansi. Kita semua tau akuntansi . jurusan bergengsi yang mungkin akan mudah mendapatkan pekerjaan. Itu karna setiap perusahaan pasti membutuhkan seorang akuntan, auditor dan apalah. 

Lalu “kenapa ?”

Disinilah masalahnya. Saya dari dulu tidak niat dengan kuliah ini. Sewaktu lulus SMA saya ingin menjadi seorang programmer karna saya sangat tertarik dengan computer. Apalagi website. Saya sangat suka membuat website. Namun mau bagaimana lagi. Saya tidak lulus ujian masuk perguruan tinggi untuk jurusan IT.  Terpaksa saya masuk jurusan akuntansi.  Karna hanya itu yang saya lulus

Bagaimana dengan Julian?

Dia lebih parah lagi. Dia jurusan akuntansi tapi sebenarnya dia seorang pelukis. Bakat dari lahir untuk membuat sebuah lukisan yang indah dan memiliki seni. Namun harus berkecimpung di laporan keuangan.  Tambah lagi dengan orang tuanya yang tidak mendukung dia untuk jadi seorang pelukis.

“KAMU MAU MAKAN APA???”, kata orang tuanya.

Begitulah pandangan orang-orang dulu. Dan mungkin ada diantara kalian yang mengalami hal ini.
Kami berdua memiliki kesamaan, yaitu “SALAH MASUK JURUSAN”. Sungguh menyedihkan. Akibat tidak minat pada pelajaran akhirnya kami mengalami kesulitan. Berbeda dengan Julian yang tetap mempelajari akuntansi dengan baik, saya tidak peduli dengan pelajaran itu. Saya lebih senang membuat website dan memperlajari kode PHP lewat google. 

Memangnya bias belajar hanya lewat internet?

Tentu. Apalagi kalau kita memang niat untuk belajar. Tapi lebih bagus lagi jika dijurusan dan yang sesuai dengan niat kita. Pasti hasilnya lebih maksimal.

Hingga pada saat kami harus membuat skripsi. Inilah yang paling kami takutkan. Setiap mahasiswa pasti sudah memikirkan penelitian apa yang akan mereka lakukan. Tapi saya dan Julian tidak.

Julian tidak mungkin membuat Lukisan Untuk skripsinya. Apa hubungannya antara lukisan dan laporan keuangan. Tidak ada laporan keuangan yang diberi bungan dan awan biar lebih cantik. Tidak nyambung lah!.

Sedangkan saya mesih beruntung walau Cuma sedikit. Saya ingin membuat website untuk skripsiku.
Kalian pasti tau jika website banyak gunanya. Dan saya berpikir untuk membuat website untuk menyusun laporan keuangan. Setidaknya itu lebih baik dari pada tidak lulus. Dan benar saja. Ide saya diterima oleh dosen.  

“Penyusunan laporan keuangan berbasis website”.

Itulah judul kami. Dan ternyata tidak rugi kita memiliki skill meskipun itu bukan jurusan kita. Akhirnya saya mulai membuat ratusan baris kode, dan mulai mendesai sebuah website yang bagus dan bisa mengolah data untuk menghasilkan laporan keuangan. 

Tapi ada masalah. Tampilannya jelek.

Tentu jelek. Saya tidak punya jiwa seni. Karna itu saya mengajak Julian untuk bekerja sama. Akhirnya Julian lah yang membuat desain untuk website. Dia memiliki jiwa seni yang kita dan dia bisa membuat perpaduan warna. Untuk seorang yang biasa melukis hal ini sangat mudah.

Ternyata bakat melukis Julian bisa digunakan dalam akuntansi. Walaupun berbeda jauh selama kita pasti bisa mengambil manfaat dari suatu kesempitan. Dan akhrinya website kami berhasil.

Dengan tampilan yang elegan hasil dari desain Julian ditambah kemampuan saya membuat website dan ditambah kemampuan akuntansi yang pas-pasan kami bisa memberikan sebuah manfaat untuk orang lain. Itu pun jika ada yang pake itu website. 

Kami berdua akhirnya bisa lulus dengan nilai yang tidak hebat-hebat amat. Malahan ancur. Disinilah masalahnya. 

Setiap orang yang lulus kuliah kemungkinan besar akan mencari kerja dan memasukan lamaran di perusahaan manapun. Dan benar saja. Lamaran kami tidak di terima. Berbagai perusahaan menolak. 

1 bulan, 2 bulan, 3 bulan!!

Tidak ada yang menerima. Dan ditambah lagi kami melihat teman-teman kami yang lain sudah mulai bekerja. Saya tidak tau. Harusnya kira senang saat melihat teman berhasil. Namun yang saya rasakan bukannya senang melainkan rasa sedih. 

Karna IRI?, Mungkin.

Terus bagaimana kami tau jika teman kami telah mendapatkan pekerjaan?
Saya tinggal hanya berdua dengan adik saya. Orang tua saya berada di kampung. Dan akhirnya rumah saya menjadi tempat berkumpul. Beberapa orang teman sering datang. Kami semua menjadikan rumah ini sebagai homebase. Dan sebagian besar dari mereka mengawali karir mereka dari rumah ini.

Rumah ini selalu rame. Bahkan para tetangga sering protes akibat keributan yang kami buat.
Tapi akhirnya rumah ini menjadi sepi. Itu karna mereka mulai dengan kesibukan mereka masing – masing. Dan akhirnya tinggal saya dan Julian yang disini. Mungkin sudah jadi takdir. Atau ini memang karna kami melamar sebagai akuntan yang jelas bukan minat kami.

Selama masa itu Julian hanya melukis. Penghasilannya tidak seberapa. Bahkan untuk uang jajan. Itu pun jarang ada yang ingin dilukis. dia ingin sekali membuat pameran atas lukisannya. Jadi dia terus melukis. Atau mungkin juga untuk menghabiskan waktu. bahkan dia juga melukis Melody JKT48. Walaupun melody tidak pernah melihat hasil lukisannya. Asal kalian tau. Dia itu fans JKT48. Sebenarnya saya juga.

Sedangkan saya. Yang saya lakukan hanya membat website. Saya mencoba membuat berbagai website mulai dari social network, promosi mobil, dan lain-lain. Namun semuanya gagal. Pengunjungnya sedikit. Bahkan mungkin tidak ada.

Yang saya pikirkan hanyalah ingin membuat sebuah website yang dikunjungi banyak orang. Dan Julian ingin lukisannya bisa dinikmati banyak orang. Dan saya melihat itu sebagai kesamaan. Hingga muncullah sebuah ide.

“Bagaimana jika saya membuat website yang menampilkan hasil lukisan Julian?”, itulah idenya. 

dan saya mulai membuat code-code untuk membuat website yang menampilkan hasil lukisannya. Lukisan Julian memang tidak sehebat pelukis professional dan saya juga bukan seorang pembuat website yang hebat. Namun setidaknya itulah yang bisa kami lakukan saat ini. 

Dengan desain Julian dan semua hasil lukisan Julian akhirnya website itu selesai. Namun pengunjungnya terlalu sedikit.

jadi apakah itu ada gunanya? 

Apakah itu membuat kami medapat pekerjaan?

Apakah pekerjaan kami sia-sia?

Yang kami buat hanya membuat sebuah karya dari hasil pemikiran kami.

Hingga setelah beberapa bulan sejak website itu mulai aktif. Kami tak menyangka jika website itu telah di penuhi dengan pengunjung. Dan bahkan beberapa orang ingin meminta untuk dilukiskan. Akhirnya impian Julian untuk membuat pameran lukisan bisa terwujud meskipun hanya lewat online.

Akhirnya kami memutuskan untuk membuat system pemesanan secara online sehingga orang –orang yang ingin dilukis hanya perlu memesan lewat online. Itu memudahkan Julian untuk mengatur orang-orang yang dia lukis.

Dan tak disanggka jumlah pesanan yang dia terima sangat banyak. Selama dia harus melukis banyak orang dia juga harus mengatur pesanan yang sudah masuk. Akibatnya banyak orang yang menjadi kecewa.
Membuat orang kecewa sangatlah fatal. Karna saat orang kecewa akan sangat sulit untuk membuat mereka kembali percaya kepada kita. Dan itu menjadi pelajaran yang sangat baik untuk kami.  Jadi kami merubah lagi strategi.

Kami memberikan kesempatan kepada para pelukis untuk bisa memberikan kontribusi sekaligus menyalurkan hobi mereka dan memberikan mereka penghasilan. Caranya adalah dengan memberikan mereka kesempatan untuk register di website tersebut sebagai pelukis. Ini membuat orang yang dilukis dapat memilih pelukis. Ini tidak beda jauh dengan system IDOL  group milik JKT48.
Dan pada saat itu juga jumlah banyak para pelukis yang berminat. Itu dikarnakan kebanyakan para pelukis tidak diberikan kesempatan oleh lingkungan untuk mengembangkan bakat atau minat mereka. Orang yang ingin di lukis pun ikut bertambah dan kami tidak kesusahan.

Dengan besar dan banyaknya orang-orang yang telah bergabung dengan kami, itu membuat keuangan kami kacau. Itu dikarnakan mulai besarnya uang yang harus kami urus. Tapi dengan kemampuan akuntansi yang telah kami pelajari selama masa kuliah akhirnya saya membuat system pembayaran dan pelaporan berbasis online.

Ingatlah bahwa apapun background kalian dan apapun minat kalian janganlah putus asa. Karna meskipun berbeda semuanya pasti akan bisa dihubungkan. Semua itu tergantung pada bagaimana kreatifitas kalian dalam memanfaatkan apa yang ada.